KARAWANG, TAKtik – Kondom yang dianggap salah satu cara untuk mencegah penularan virus HIV/AIDS, terutama di tempat-tempat kemaksiatan atau prostitusi, ternyata kebutuhan terhadap ‘sarung pengaman’ ini di Karawang cukup banyak hingga sembilan ribu buah per bulannya.
Ini berarti sebuah fakta lain jika angka pezinah di bumi Pangkal Perjuangan terbilang luar biasa. Ada langkah dilematis dalam menghadapi fenomena tersebut. Satu sisi, gerakan penggunaan kondom menjadi bagian dalam upaya meminimalisir penyebaran virus HIV/AIDS yang mematikan, sisi lain kondomisasi di tempat-tempat prostitusi terkesan melegalkan perzinahan yang tak selaras dengan nilai-nilai bangsa beragama.
Data yang diungkap Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Karawang menyatakan, bahwa di daerah ini rata-rata 18 orang terinfeksi virus HIV setiap bulannya. Kebanyakan dari yang terjangkit virus menjadi AIDS itu berawal dari pasangan yang sering memenuhi kebutuhan biologisnya di luar pasangan sah, khususnya dengan pekerja seks komersial (PSK) selain pelaku seks menyimpang seperti homoseksual maupun penggunaan jarum suntik non steril.
Alhasil, virus yang membuat hilangnya kekebalan tubuh banyak pula diderita ibu rumah tangga tak berdosa dari pasangannya yang suka ‘jajan’ di luar. “Hingga pekan kedua Agustus 2017, pengidap virus HIV/AIDS masih didominasi kaum laki-laki hingga mencapai 37,66 persen. Sedangkan perempuan 19,34 persen. Kasus penularan paling tinggi di kalangan homoseksual,” jelas staf KPA Karawang, Awan Gunawan.
Dikemukakannya pula, dilihat dari statusnya, ada tren baru untuk kasus HIV/AIDS pada tahun 2017 ini. Paling banyak ibu rumah tangga dengan 18 kasus. Padahal tahun sebelumnya didominasi kalangan karyawan. Awan tegaskan, kasus HIV/AIDS bukan sebatas permasalahan pada ranah kesehatan semata, namun telah menjadi permasalahan sosial karena hampir semua wilayah berpotensi menjadi penyebaran virus yang hingga kini belum ditemukan obatnya.
“Pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS melalui penggunaan kondom, saat ini stok kita di Karawang sudah habis. Bantuan dari pusat belum dikirim lagi. Sedangkan kebutuhan tak kurang dari 108.000 buah yang biasanya didistribusikan ke tempat-tempat prostitusi. Jika tidak ada upaya apapun terkait penanggulangan dan pencegahan, kedepan diperkirakan akan mempercepat proses penyebaran dengan perbandingan 1:100 orang. Ini artinya, dari 727 orang yang terinfeksi virus HIV/AIDS maka akan berkembang menjadi 72.700 orang berpotensi turut terinfeksi,” wanti-wanti Awan.
Upaya lain yang dilakukan KPA untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini, Awan mengajak, harus dilakukan secara massal dan didukung semua pihak. “Kami hanya bisa memberikan sosialisasi bahaya seks bebas dan penggunaan jarum suntik kepada masyarakat. Sebab itu merupakan awal penularan HIV/AIDS,” tandasnya. (tim/tik)