KARAWANG, TAKtik – Wakil Bupati Ahmad ‘Jimmy’ Zamakhsari menyatakan dengan tegas, tidak akan pernah sepakat Leuwisisir di wilayah Desa Mekarmulya Kecamatan Telukjambe Barat dijadikan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah seperti ngototnya Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Wawan Setiawan.
Pernyataan orang nomor dua di Kabupaten Karawang ini setelah mendengar langsung pemaparan Humas Galuh Mas, Teja Suria, bahwa lahan di Leuwisisir tersebut yang sempat dibuatkan area peruntukan TPA sebenarnya adalah tanah milik beberapa perumahan untuk tempat pemakaman umum (TPU). Dan pihak Galuh Mas sendiri, sebut Teja, menyiapkan tanah di sana seluas 2,7 hektar. Selebihnya dari Resinda, Gerbang Karawang (kini menjadi Grand Taruma), Karaba, serta Perumnas Bumi Telukjambe.
“Surat resmi penyerahan aset TPU yang di Leuwisisir itu ada. Makanya kalau kemudian dimanfaatkan ke hal lain di luar peruntukanya, ya menyalahi. Kami masih menyimpan datanya. Silahkan bisa dicek ulang,” jelas Teja saat dikonfirmasi ulang TAKtik usai mengikuti pertemuan dengan para pengembang lainnya di ruang rapat Bapeda, Rabu siang (8/11/2017). Dalam kesempatan itu pula, wakil bupati berjanji segera melapor bupati. Diyakininya, Cellica Nurrachadiana tidak akan setuju pula jika ada pemanfaatan lahan di luar amanah.
Sebelumnya di tempat terpisah, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Karawang, KH. Ahmad Ruhyat Alhabsy atau biasa akrab dipanggil Kang Uyan, ikut berang saat mendengar kabar jika Wawan Setiawan dari DLHK tetap ngotot ingin memanfaatkan Leuwisisir menjadi TPA sampah. “Kalau TPA di sana yang berada di bantaran Sungai Cibeet, siapa yang berani menjamin tidak bakal berpengaruh buruk terhadap pemukiman warga langganan banjir? Sudah mati rasakah pejabat itu apabila ratusan masjid, mushollah, madrasah, selain rumah-rumah warga, rutin terendam air Cibeet yang terkotori air lindi sampah busuk?” sesalnya.
Kang Uyan juga telah memerintahkan pengurus di lembaga NU Karawang untuk secepatnya melayangkan surat protes kepada DLHK. Dan meminta bertemu kepala DLHK tersebut sebelum warga langganan banjir di sekitarnya yang nota bene adalah kaum nahdliyin turun bergerak melakukan perlawanan. “Catat, kami pun di PCNU tidak mungkin tinggal diam. Kami siap selalu bersama saudara-saudara kami sesama warga nahdliyin. Jangan sampai penderitaan rutin mereka dengan banjir rutin tahunan diperparah air lindi dan bau busuk sampah,” tegasnya. (tik)