KARAWANG, TAKtik – Sudah seharusnya setiap dokter datang ke setiap rumah warga, terutama yang menderita sakit, untuk mendiagnosis pasien. Bukan sebaliknya, orang yang kesehatannya sedang terganggu malah mesti menemui dokter. Apalagi perjalanan yang ditempuh cukup jauh dari tempat tinggal pasien bersangkutan.
Hal itu dikatakan Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi, saat bersilaturahmi dengan warga Desa Karangligar Kecamatan Telukjambe Barat, Selasa malam (20/2/2018), bersamaan peluncuran perencanaan tahap kedua pembangunan Masjid Al-Hikmah Az-Zahra yang dibangun oleh Ketua DPD Partai Golkar Karawang, H. Sukur Mulyono.
Dedi berpendapat, dokter itu idealnya mendapatkan tunjangan dari pemerintah dari orang yang sehat. Dasar hitungan dia, setiap dokter ditugaskan untuk melakukan advis hidup sehat pada masyarakat binaannya pada masing-masing desa atau kelurahan. Hasil dari tugas itu, hemat dia, pemerintah memberikan kenaikan tunjangan dokter bersangkutan dengan menghitung per jiwa penduduk yang tidak sakit.
“Semakin banyak warga di setiap wilayah tugas dokter itu sehat, maka insentif yang diterimanya makin tinggi. Ini berarti dokter tersebut mendapatkan penghasilan gede. Di sisi lain, program pemerintah di bidang kesehatan juga berhasil,” ujar Dedi sambil mengajak dialog ringan dengan salah seorang warga yang diajaknya duduk di pinggir panggung.
Ia juga memuji warga Karangligar yang tetap bersabar setiap kali menghadapi bencana banjir yang kerap melanda setiap tahun. Dedi berjanji akan mengajak bicara Bupati Cellica Nurrachadiana untuk mau turun memberikan solusi. Sebagai mantan bupati di Purwakarta, dirinya mengaku paham apa yang seharusnya dilakukan pemerintah daerah dengan berbagai macam problematika yang dihadapi masyarakat.
Namun sebagai kepala daerah, Dedi yang kini ikut mencalonkan sebagai calon wakil gubernur mendampingi Deddy Mizwar pada Pilgub Jabar 2018 mengemukakan pengalamannya saat memimpin Purwakarta, bahwa ada rumusan dan cara simpel bagaimana menyelesaikan setiap kebutuhan rakyat tanpa perlu berteori terlalu panjang. Karena setiap program pembangunan yang dibuat harus tepat dengan penempatan yang pas. “Jangan bikin koco tempat pembuangan dari buang hajat di depan rumah. Ini kan tidak tepat,” katanya mencontohkan. (tik)