KARAWANG, TAKtik – Ditemukannya bangkai kapal di perairan lepas pantai Cilamaya, menurut Direktur Jasa Kelautan Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan), Muhammad Nur Hidayat, berawal dari info peneliti dan masyarakat.
Pihaknya langsung melakukan survey dari tahun 2017. Kemudian dilanjutkan survey serupa hingga dua kali pada tahun 2018 dengan aksinya kearah pengembangan wisata bahari. Dari tinjauan sejarah, Nur Hidayat memperkirakan, bahwa jenis kapal yang tenggelam milik VOC itu merupakan kapal yang diambil alih oleh kerajaan Belanda paska serikat dagang yang runtuh pada tahun 1799. “Ini masih memerlukan analisis konstruksi dan literatur lebih lanjut,” akunya.
Adanya koin di empat kapal tersebut yang ditemukan, sambung Nur Hidayat, merupakan muatan inti dari kapal yang diduga untuk membayar gaji dan upah para pegawai yang bekerja pada sistem cultuurstelsel atau tanam paksa, terutama di wilayah Karawang, Subang, serta bumi parahiyangan lainnya seperti Bandung, Sumedang, maupun Sukapura (Tasikmalaya). Dia memastikan, peninggalan berciri VOC masih langka ditemukan di laut.
Berdasar hasil survey dan asesmen terkait penemuan BMKT, dikemukakannya pula, di Karang Bui ditemukan 5 buah meriam, 1 buah jangkar berciri Eropa abad 16. Ada pula canon loader VOC chamber Amsterdam, serta beberapa koin dengan simbol VOC dan Netherlands Indie. Di Karang Kepalan, lanjut Nur Hidayat, sisi bagian kapal ada koin, botol, keramik berciri Eropa, benda logam bagian meriam yang ditemukan disimpan oleh masyarakat.
“Untuk mengembangan potensi ini menjadi wisata bahari terpadu, kita memerlukan sinergitas dalam pengendalian sampah, akses jalan yang lebih luas berikut petunjuk arahnya, adanya pusat informasi terpadu dan landmark, tracking mangrove dan gazebo, kapal wisata, menara pandang (bird dan sunset watcing), kelembagaan pengelola, termasuk penataan alur sungai,” kata Nur Hidayat.
Adapun peluang-peluang sumber daya, sebut dia, lahan dan tutupan mangrove di Tengkolak Barat maupun Timur, spot terumbu karang 21 titik, plus seafood berupa rajungan, kerang pasir, serta yang lainnya. Menanggapi hal ini, Sekda Teddy Rusfendi Sutisna, yakin tawaran KKP sudah bisa dimulai tahun 2019. Minimal dengan mengembangkan potensi yang ada.
“Ini program yang bagus terhadap daya dukung lingkungan hidup. Ditemukannya bangkai kapal di lepas pantai utara laut kita diharapkan ada kesadaran hukum pada masyarakat kaitan dengan BMKT (Barang Milik Kapal Tenggelam). Sehingga rencana pengembangan wisata bahari terpadu di Karawang diharapkan mampu mendongkrak perekonomian masyarakat itu sendiri,” kata Teddy.
Terkait infrastruktur yang belum memadai untuk mempermudah akses wisatawan ke lokasi pantai tersebut, Teddy tetap berharap, problem ini mampu diselesaikan bersama dengan pihak KKP dan kementerian terkait lainnya. Dipertegas lagi Nur Hidayat, semua kendala yang masih ada telah mulai ada sinergitas dari berbagai unit kerja. Baik dari pemerintah maupun BUMN seperti Pertamina dan PLN.
“Di Pemkab Karawang sendiri Bupati Cellica Nurrachadiana telah menyarankan kita siapkan road mapp-nya. Saya berharap, Bappeda di sini akan mengkoordinasikan tahapan aksinya. Karena pengembangan wisata bahari terpadu di Karawang akan meningkatkan nilai manfaat. Bagi yang suka menyelam bisa langsung melihat kondisi asli kapal milik VOC itu. Yang tidak biasa menyelam, tetap bisa menikmatinya melalui galeri,” ujar Nur Hidayat (tik)