KARAWANG, TAKtik – Bukan hanya bagaimana mempertahankan predikat lumbung padi bagi Karawang, pekerjaan rumah pemerintahan Cellica Nurrachadiana-Ahmad ‘Jimmy’ Zamakhsari lainnya adalah membuat warganya bukan sebagai tamu di daerahnya sendiri di tengah laju pertumbuhan industri.
Dari hasil JobFair yang digelar Disnakertrans (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi) bersama kementerian terkait selama tanggal 12 dan 13 September 2018 lalu, warga Karawang yang berharap terekrut dalam pasar kerja industri melalui JobFair tersebut hingga mencapai 10.066 orang. Sedangkan dari 17 perusahaan manufaktur yang membuka lowongan pekerjaan hanya untuk 1.000 orang.
Lebih berat lagi, mereka bukan hanya bersaing dengan sesama warga Karawang sendiri. Namun terdapat pula 11.188 orang dari luar daerah yang sama-sama mencari peruntungan untuk bisa bekerja di daerah industri ini. Sehingga pihak perusahaan pun yang sedang membutuhkan tenaga kerja baru harus menyeleksi 21.254 orang pelamar.
“Kita utamakan dulu untuk warga yang memiliki KTP Karawang, kecuali bidang tertentu yang membutuhkan keahlian khusus,” ini penjelasan Kepala Disnakertrans, Ahmad Suroto, saat membuka JobFair itu di Technomart Mall Galuh Mas tanpa merinci berapa banyak tenaga khusus yang dibutuhkan perusahaan dari 1.000 orang kebutuhannya.
Itu sekelumit potret bagaimana masyarakat Karawang harus berpeluh harap menanggalkan statusnya sebagai pengangguran di tengah kampung halaman berdiri ribuan pabrik, baik di zona maupun kawasan industri.
Sedangkan bupati sendiri terakhir kali terkesan memperlihatkan sikap ‘pasrah’ dengan akan membuat kebijakan bagi warga luar daerah yang belum mendapat kepastian bekerja atau sekadar datang untuk mencari pekerjaan di Karawang untuk tidak menjadi warga tetap daerah ini dulu. Apakah rencana kebijakannya itu hanya sekadar tidak ingin disebut warga Karawang masih terlalu banyak yang menganggur? (tik)