KARAWANG, TAKtik – Kalangan petani di Karawang turut mendorong pemerintah menargetkan Indonesia menjadi negara lumbung pangan dunia pada tahun 2045. Untuk mencapai target ini, mereka sepakat pola pengolahan pertaniannya diubah menjadi berbasis teknologi.
Hal itu mengemuka saat pemerintah melalui Kementerian Pertanian memberikan bantuan puluhan alat mesin pertanian (alsintan) kepada sejumlah petani Karawang, di Karawang Timur, Selasa pagi (16/10/2018). Dikemukakan Kepala Balai Besar Peramalan Hama Jatisari, Tri Susetyo, bahwa saat ini petani tidak sebatas diarahkan bertani manual, namun pemerintah mengajarkan teknologinya.
“Petani diminta mulai menggunakan peralatan modern dalam bercocok tanam. Selain mendorong penggunaan mesin pertanian, kami juga terus menerus menyalurkan bantuan alsintan. Ini artinya, penggunaan teknologi pertanian harus dilakukan dari sekarang. Dengan demikian, pada tahun 2045 kelak semua petani di Indonesia mampu mengolah lahan pertaniannya secara modern guna meningkatkan produksi pertanian dengan mempersingkat masa panen,” papar Tri mewakili Menteri Pertanian yang berhalangan hadir.
Sebagai bukti perhatian pemerintah di sektor ini, Tri sampaikan, Kementerian Pertanian telah menyalurkan bantuan alsintan sebanyak 4.021 unit di Jawa Barat. Sehingga para petani mulai terbiasa menggunakan perangkat tersebut. Kali ini Karawang diberikan 93 unit alsintan kepada puluhan kelompok tani. Untuk sementara masing-masing kelompok baru mendapatkan satu unit.
Lebih lanjut dijelaskan Kepala Dinas Pertanian Karawang, Hanafi Chaniago, jumlah bantuan itu berupa 2 unit traktor roda empat, 40 traktor roda dua, 10 handsprayer (alat semprot hama elektrik), 3 unit power thresher (alat perontok padi), 2 unit kultivator (alat pembalik tanah), dan sisanya mesin pompa air berbagai ukuran.
Bantuan tersebut, Bupati Cellica Nurrachadiana akui, adalah usulan dari para petani sendiri yang berharap dibekali alat bantu peningkatan produksi gabah. Terealisasinya usulan ini, menurutnya, sebagai perhatian khusus pemerintah terhadap petani Karawang yang baru mampu menghasilkan gabah per tahun 1,3 juta ton dari luas sawah 97 ribu hektar.
“Dari 1,3 juta ton gabah dihasilkan lebih kurang 800 ribu ton beras. Walaupun kebutuhan konsumsi beras masyarakat Karawang hanya 300 ribu ton. Selebihnya dipasok ke berbagai daerah, memenuhi kebutuhan beras nasional. Itulah sebabnya julukan Karawang sebagai lumbung pangan masih melekat hingga kini,” kata Cellica.
Menjawab kekhawatiran banyak kalangan mengenai terancamnya persawahan di beberapa area pertanian teknis di tengah pertumbuhan industri, investasi properti, dan pengembangan kota, Cellica tegaskan, dirinya tetap menjaga komitmen dalam mempertahankan julukan tersebut. “Hingga tahun 2030 hanya 10 ribu hektar sawah yang boleh dialihfungsikan di Karawang,” ucapnya. (tim/tik)