KARAWANG, TAKtik – Destinasi ekowisata mangrove di Dusun Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, mulai dikenal publik, terutama bagi para pemburu sunset atau matahari terbenam. Kendati pengerjaan untuk pengembangan destinasi ini masih terus dilakukan.
Dengan memanfaatkan 20 hektar lahan di pesisir pantai, kelompok nelayan di dusun itu telah menanam 90 ribu mangrove. Selain untuk mencegah abrasi yang mengancam pemukiman 938 kepala keluarga, keberadaan mangrove tersebut juga akan dijadikan ekowisata terintegrasi dengan potensi terumbu karang di laut utara Karawang.
Warga setempat berharap, ini bisa menggerakan ekonomi mereka yang mayoritas sumber pendapatannya dari hasil melaut. Sejak hutan mangrove dibangun, hingga kini Dusun Pasir Putih mulai banyak didatangi pengunjung, apalagi saat sunset.
“Selama satu tahun terakhir sekitar 2.160 pengunjung yamg datang ke Hutan Mangrove Pasir Putih. Kami membangun hutan ini tidak sendiri, ada keterlibatan perusahaan migas PHE ONWJ bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Karawang. Kami optimis, keberadaan hutan mangrove turut memperkaya tujuan wisata Karawang,” ujar nelayan setempat, Sahari, Rabu (5/12/2018).
Untuk meningkatkan kapasitas pengelola ekowisata di area pesisir, kelompok ini belajar dari Kelompok Tani Desa Cilamaya Girang, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang yang juga binaan PHE ONWJ. Di sana mereka telah berhasil membangun ekowisata seluas 2.5 hektar yang dikenal dengan nama Kapal Kehati GreenThink. “Lokasi di antara kami hanya 18 kilometer, tidak jauh. Ya kita saling berbagi ilmu dan pengalaman,” jelas Ketua Kelompok Tani GreenThink, Aruji Kartawinata.
Sejak program kemitraan berjalan, kalangan warga setempat mengakui, ada perubahan signifikan terhadap ekosistem pesisir. Bahkan penunjang fasilitas edukasi telah dibangun jalan tracking lebih dari 200 meter, sarana air bersih, hingga saung pertemuan. (tim/tik)