KARAWANG, TAKtik – Membaca dinamika politik dan mengambil keputusan atas apa yang terjadi di masyarakat, bagi Cellica Nurrachadiana tidak ubahnya seorang dokter mendiagnosis pasien.
“Apa yang dilakukan dokter dalam mendiagnosis pasien sangat ada korelasinya ketika saya harus membaca dunia politik. Karena sebelum kita diagnosis ada namanya anamnesis. Itu sama ketika saya mengidentifikasi keadaan masyarakat,” kata Cellica usai meluncurkan buku biografi dirinya yang bertajuk ‘Perempuan Pasti Bisa’ di Gramedia Galuh Mas, Jumat malam (26/4/2019).
Bupati berlatar belakang disiplin ilmu kedokteran yang terjun ke dunia politik sejak Partai Demokrat berdiri di Republik ini mengakui, belum terlalu banyak perempuan yang berani masuk ke politik karena masih dianggap dunia cukup keras. Kendati Cellica sendiri merasa bangga jika hasil Pemilu 2014 ada 10 orang perempuan yang berhasil duduk di DPRD Karawang.
Dia berharap, kuota 30 persen keterwakilan perempuan sebagai calon anggota legislatif pada Pemilu 2019 bisa lebih banyak lagi yang lolos terpilih. Setidaknya, dengan terpenuhinya kuota tersebut yang diusung setiap parpol, Cellica menyebutnya bahwa perempuan-perempuan Karawang tidak kalah hebat. “Kalau kemudian hasilnya masih banyak yang belum terpilih, ini jadi kajian kita bersama,” ujarnya.
Di tengah pujian dan kritikan terhadap apa yang dilakukannya selama memimpin Kabupaten Karawang, terutama dalam membaca keinginan masyarakat, Cellica kembali menganalogikan berdasar rumus diagnosis pasien yang mengenal pemeriksaan penunjang setelah anamnesis seperti diagnostik laboratorium.
“Setiap keinginan masyarakat saya dalami lagi. Benar gak sih seperti itu? Atau cuma dari satu-dua orang saja? Atau memang kita harus melakukan itu? Atau bahkan lebih dari apa yang mereka minta? Itulah seperti kita merumuskan diferensial diagnostik. Mendiagnosis keinginan masyarakat, mana yang lebih diprioritaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan itu banyak sekali, aplikasinya beda,” urai Cellica. (tik)