KARAWANG, TAKtik – Terpilihnya kembali 33 orang anggota DPRD Karawang pada Pemilu 2019 punya peran cukup strategis untuk mengelola isu-isu politik dalam menghadapi Pilkada 2020, terutama membaca pemetaan koalisi.
Hanya saja, kunci itu tetap ada di setiap parpol, khususnya yang mendapatkan kursi cukup signifikan. Bagaimana peran itu dioptimalkan jika diarahkan menaikan posisi tawar menuju kesepahaman dan kesepakatan membangun koalisi?
Misal kekuatan PKS dengan 6 kursi, kini baliknya Dedi Sudrajat ke gedung DPRD Karawang di tengah dirinya memimpin parpol ini di sini perpeluang mengambil peran sebagai kekuatan penyeimbang antara poros Cellica Nurrachadiana dengan Demokrat-nya dan Ahmad ‘Jimmy’ Zamakhsari dengan PKB-nya.
Apalagi muncul kabar di internal PKS terdapat wajah baru yang mulai ikut mendorong parpolnya agar di Pilkada Karawang 2020 mengusung kadernya sendiri menjadi pasangan calon bupati atau wakil bupati. Tidak lagi sekadar menggantungkan harapan ke parpol lain dalam koalisi seperti di Pilkada sebelumnya.
Sama halnya Golkar, kekuatan 7 kursi yang didalamnya terdapat Suryana sebagai Sekretaris DPD Partai Golkar Karawang yang kembali terpilih jadi legislator, tentu bisa jadi katalisator dalam membangun ritme politik selain Sri Rahayu Agustina yang naik kursi ke DPRD Jawa Barat.
Walau rumus penentu koalisi maupun figur bakal calon kepala daerah/wakil kepala daerah yang diusung setiap parpol masih ada di tangan pengurus pusat. Menariknya di Golkar, seriuskah Sukur Mulyono sebagai ketua parpol ini di Karawang bakal ikut maju di bursa calon bupati atau wakil bupati?
Bagaimana dengan Gerindra yang bermodalkan 8 kursi? Keberhasilan Ajang Sopandi terpilih lagi di Pemilu 2019 bukan mustahil lebih memilih akan maju di luar koalisi Cellica ataupun Jimmy. Itu artinya, Gerindra juga lebih yakin maju bersama kadernya sendiri dengan menggandeng kader parpol lain yang dianggapnya makin solid.
Mungkinkah justru Gerindra bersama PKB? Dalam politik tidak ada yang mustahil bila sekadar membaca konteks Karawang. Sedangkan Demokrat dengan kehadiran Khoerudin yang sempat di-PAW PKB dari bangku legislatif, ternyata jadi pendulang suara untuk menambah ringan tenaga bagi Cellica menuju perhelatan Pilkada 2020.
Alhasil, Cellica sendiri dikabarkan mulai berani mempertimbangkan mengajak kalangan birokrat yang segera pensiun buat diajak mendampinginya di Pilkada tersebut selain dari kalangan pengusaha, baik di internal maupun eksternal Demokrat.
Lantas, bagaimana dengan PDIP yang menyisakan 6 kursi bersama kembalinya Toto Suripto yang tidak mungkin lagi duduk di kursi ketua DPRD Karawang? Sejauh mana pula peran Elievia Khrissiana dan Natala Sumedha jika PDIP lebih memilih membangun kekuatan poros tersendiri di luar incumben atau di luar koalisi parpol pemilik suara besar lainnya? Jawaban dari strategi PDIP tidak tertutup kemungkinan sudah dirancang Karda Wiranata Cs. (tik)