KARAWANG, TAKtik – Tumpahan minyak mentah yang masuk ke sejumlah rumah warga di Pantai Pisangan, Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Rabu malam lalu (28/8/2019), bukan karena adanya peningkatan volume kebocoran dari sumur YYA-1 Pertamina Hulu Energi ONWJ (Offshore North West Java).
Demikian kutif Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Karawang Wawan Setiawan, setelah dirinya mendapat penjelasan pihak Pertamina. Katanya pula, penyebab gumpalan minyak mentah hingga masuk rumah warga karena terbawa gelombang pasang dengan tingkat kecepatan angin di atas normal. “Gelombang laut yang cukup tinggi waktu itu tidak semua tumpahan minyak mentah tertangkap oilboom,” katanya, Jumat (30/8/2019).
Berdasar keterangan yang diperolehnya itu, kebocoran di sumur YYA-1 diperkirakan baru bisa tertangani sekitar akhir September atau akhir Oktober 2019. Kini, Pertamina masih berusaha menutup pipa yang bocor tersebut di kedalaman 9000 feet dengan cara membangun sumur baru.
Mengenai realisasi ganti rugi bagi warga terdampak, Wawan menyebut, pihak Pertamina masih menghitung nilainya. “Penanganan kerugian melibatkan tiga OPD (organisasi perangkat daerah). Yakni, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, termasuk Dinas Kesehatan,” jelasnya.
Wawan akui, tumpahan minyak mentah di pantai utara Karawang itu juga telah mencemari 232 ribu pohon mangrove dari 935 ribu mangrove yang ditanam pada lahan seluas 203 hektar. Sedangkan pohon yang bisa diandalkan dalam menanggulangi abrasi sudah ditanam sejak tahun 2014, bahkan ada yang baru di tanam tahun 2019 ini. “Pertamina pun harus mengganti pohon mangrove yang rusak,” tandasnya. (tim/tik)