KARAWANG, TAKtik – Kendati sudah menyatakan sikap politik secara terbuka bagi Golkar Karawang yang menggandeng Demokrat untuk berkoalisi di Pilkada 2020, nyatanya keputusan politik di tingkat daerah ini langsung buyar saat Jakarta (DPP) punya keputusan sendiri yang berbeda.
Ketua DPD Partai Golkar Karawang Sukur Mulyono kembali menjelaskan melalui rilisnya yang disampaikan ke TAKtik, Sabtu sore (21/3/2020), bahwa pihaknya selaku pengurus di daerah tetap punya kewajiban mengamankan apapun keputusan DPP. Bahkan ia mengancam kepada pengurus yang tidak taat akan diberikan sanksi organisasi.
Sebelumnya, 14 Februari 2020, saat Golkar dengan Demokrat menggelar konferensi pers bersama di sekretariat DPD Partai Golkar Karawang, Mulyono sempat mengemukakan harapannya bahwa ada dari kader internal Golkar yang bisa jadi calon wakil bupatinya Cellica Nurrachadiana, kendati keinginannya ini tidak harga mati.
“Golkar lebih realistis dengan melihat perkembangan yang ada. Sikap dukungan kepada figur di eksternal Golkar, kami putuskan berdasarkan hasil kajian. Salah satunya, hasil survey,” demikian di antara yang pernah terlontar dari Mulyono kala itu.
Bahkan ketika pertama muncul kabar Firlie Hanggodo Ganinduto sudah disiapkan DPP Golkar untuk dipasangkan mendampingi Yesi Karya Lianti dari PDIP di Pilkada Karawang 2020, Ketua Tim Pemenangan DPD Partai Golkar Karawang Timi Nurjaman pernah dengan tegas menyatakan keyakinannya, rencana koalisi dengan Demokrat akan tetap bisa terlaksana.
“Sulit dipahami bila DPP (Golkar) ujug-ujug mengeluarkan nama bakal calon yang akan direkomendasikannya tanpa secara resmi memberitahu kami di daerah melalui Golkar Jawa Barat. Karena ada mekanisme yang harus dibangun,” ujar Timi, 8 Maret 2020.
Suasana politik kala itu memang ada penguatan komitmen antara pengurus Golkar Karawang dengan Cellica bersama Demokrat-nya dalam pertemuan di Inaho Japanese Restaurant, Resinda Hotel Karawang, 13 Februari 2020. Turut hadir waktu itu Dedi Mulyadi yang masih tercatat sebagai ketua Golkar Jawa Barat.
Sejak munculnya nama Firlie, pertama yang terdengar menentang adalah Bendahara DPD Golkar Karawang Puthut Budi Lelono. Dia beralasan, tetap berpijak kepada hasil penjaringan yang diputuskan melalui rapat pleno parpolnya. Adakah ini indikasi Golkar tidak solid? Atau sekadar riak kecil?
“Tidak ada nama Firlie, baik sebagai bakal calon bupati maupun wakil bupati Karawang dari internal Golkar. Saya paham betul bagaimana mekanisme di partai. Saya sudah 15 tahun di Golkar. Jadi, sebenarnya ada apa ini?” tanya balik Puthut yang dikenal loyalis Balong Center Dadang S. Muchtar. (tik)