KARAWANG, TAKtik – Perjalanan penelitian politik dalam disertasinya, Dede Anwar Hidayat punya kesimpulan bahwa untuk menang di perhelatan politik tidak cukup hanya mengandalkan popularitas dan elektabilitas. Hal paling penting dari keduanya adalah “isi tas” alias duit.
Pernyataan doktor hukum yang kembali ikut nyalon anggota legislatif melalui PDIP di Karawang itu dikemukakannya saat dialog politik di Kopi Nusantara bersama TAKtik, Jum’at petang (16/6/2023). “Walaupun sebenarnya secara aspek aturan tidak diperbolehkan ngomong soal isi tas. Tapi ya itulah aspek budaya yang terjadi berdasar pengalaman saya,” ungkapnya.
Gagal terpilih masuk gedung DPRD Karawang pada Pemilu 2019, Dede akui, tidak berpikir tentang pentingnya mengeluarkan logistik (duit), di luar logistik perjalanan politik yang dibutuhkan parpol pengusung selama mengikuti proses pencalegan.
“Setelah selesai ocon (bercanda/tidak serius) politik di Pemilu 2019. Saya mampu menerima pengalaman secara empiris langsung bahwa ternyata politik memang tidak berdasarkan aspek ilmiah saja. Karena aspek ilmiah itu hanya berdasarkan dasar daripada soal teori. Saat ini (di Pemilu 2024), ketika berbicara soal aspek pragmatisme, saya menyebutnya poles,” beber Dede.
Alasan serius keikutsertaan dirinya kembali di barisan bacaleg di Pemilu 2024 bahwa kaum muda intelektual harus berada di parlemen, selain mewakili kader partai yang memiliki tanggungjawab moral. Termasuk secara pribadi, Dede ingin menjawab hasil dari parameter kepesertaannya di Pemilu 2019.
Diamini oleh Ketua DPRD Karawang, Budianto, bahwa kendati duit bukan segalanya untuk menang di perhelatan politik, namun bergerak tanpa “peluru” cukup sulit meraih mimpi. Berjuang itu butuh amunisi. “Punya kemampuan, jujur dan punya pasar di masyarakat adalah hal terpenting lainnya yang mesti dimiliki pemimpin (wakil rakyat),” tandasnya.
Salah seorang bacaleg milenial yang diusung Partai Demokrat, Agus Ginanjar, mengaku sedang banyak belajar tentang modal politik tanpa harus terpaku soal uang. Baginya, terpenting lain di dunia politik praktis adalah tuntutan kaum muda untuk saatnya tampil menjadi subyek politik. “Miris kalau anak muda apatis terhadap dunia politik. Makanya saya ikut ambil bagian di Pemilu 2024. Apalagi peradaban sudah bergeser seiring perkembangan teknologi yang makin canggih dan mengusai dunia,” ujarnya. (tik)