KARAWANG, TAKtik – Apa yang sempat dikatakan Bupati Cellica Nurrachadiana, jangan ada lagi jabatan kosong di lingkungan Pemkab Karawang dan dijanjikannya bakal dipenuhi tanggal 2 Oktober 2023, nyatanya hingga kini (6/10/2023) belum terealisasi.
Belum ada keterangan resmi, baik dari Cellica langsung maupun dari unsur Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan), apa yang menjadi alasan rencana yang sudah ditentukan jadwalnya itu ‘terbengkalai’.
Rumor yang sempat berkembang bahwa rotasi atau mutasi terakhir di era kepemimpinan Cellica bakal digelar Jum’at (6/10/2023), setelah rencana Senin (2/10/2023) gagal, ternyata hari ini pun ‘zonk’.
Adakah ini muncul karena keraguan Cellica terkait keabsahannya bila mutasi digelar jelang dirinya lengser awal November 2023? Pada konteks ini Cellica sempat diingatkan untuk tidak memaksakan diri melakukan mutasi di injury time kekuasaannya bila tidak mau digugat atau dilaporkan ke institusi yang berwenang.
Kemunculan pro-kontra terkait mutasi yang direncanakan Cellica sebagai edisi pamungkas, walau rencana itu katanya disiapkan sebelum Mendagri Tito Karnavian mengijinkan Cellica mundur dari jabatan Bupati Karawang, kini polemik ini ada yang menilai jadi bermuara di ranah politis.
“Pro-kontra mutasi bila digelar di tengah jabatan Cellica yang tinggal menghitung hari, ini kesan yang muncul ada semacam ‘duel’ dua kubu. Bisa jadi dua kubu itu antara kubu Aep Syaepuloh yang tidak tertutup kemungkinan telah menyiapkan ‘barisan’ baru di eksekutif maupun kubu Cellica yang tetap ingin memelihara barisan yang selama ini terpelihara, termasuk menjaga harmonisasi dengan kubu Acep Jamhuri,” nilai aktivis politik Karawang, Dadan Suhendarsyah.
Di antara dua kubu itu, dinilai juga oleh praktisi politik Karawang lainnya, Asep Kurniawan, bisa jadi ada kekuatan kontra kelompok Sekda Acep Jamhuri yang menginginkan kubu sekda ini terpangkas. Sehingga tidak ada ‘benih’ yang bisa tumbuh subur sebagai kekuatan lawan di perhelatan Pilkada Karawang 2024.
“Pro-kontra tentang rencana mutasi pamungkas di ujung Cellica menjabat bupati, masing-masing persepsi disandarkan pada aturan perundang-undangan. Silang pendapat ini bisa menjadi gambaran bahwa perang kubu sudah terasa mulai menggaung, karena saat ini adalah tahun politik,” kata Asep yang diamini Dadan.
Asep mengimbau, hindari kubu-kubuan jika punya komitmen membangun pemerintahan Kabupaten Karawang yang sehat dan dinamis. Semua harus satu tujuan, memakmurkan masyarakat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar. “Jangan membentuk dinasti seperti kerajaan. Paham kan maksud saya,” tandasnya. (tik)