KARAWANG, TAKtik – Kritik pedas bahkan sampai hujatan yang mengarah kepada dirinya, Cellica Nurrachadiana tidak pernah memanfaatkan hukum untuk menyelesaikannya.
Nilai positif yang patut dicontoh oleh para pemimpin di negeri ini, di kalangan aktifis Karawang menilai, sikap dewasa seorang Cellica adalah telah memperlakukan kaum pengkritisi sebagai bagian dari dinamika di negeri yang demokratis.
“Cellica menempatkan kritik atau bahkan hujatan bukan sebagai musuh politik terhadap kekuasaannya. Buktinya, setiap bertemu sama orang-orang yang menghujatnya sekalipun, Cellica cenderung merangkul mereka,” kata Asep Irawan Syafe’i atau biasa akrab disapa Ais, Senin (22/10/2023).
Selain itu, sambung Ais, terlepas dari kekurangannya selama dua periode menjabat sebagai Bupati Karawang Cellica tidak pernah tersangkut urusan hukum. Artinya, Ais tegaskan, sejauh ini Cellica pemimpin yang menghormati aturan.
“Kalau urusan salah-benar, ukurannya adalah ketaatan hukum. Itu yang mendasar. Bahkan selama ini kebijakan Cellica dalam memimpin pemerintahan di Karawang hampir steril dari intervensi keluarga maupun orang-orang terdekatnya dalam pemerintahan,” sebut Ais.
Bahkan di ujung masa jabatannya, Ais menilai, banyak hal yang diselesaikan Cellica. Dia menyebut di antaranya jembatan Walahar, perbaikan jalan, termasuk bundaran di sekitar Novotel. “Beliau ingin meninggalkan warisan yang baik,” pungkasnya.
Aktifis politik Asep Kurniawan juga memberikan apresiasi positif terhadap Cellica yang selama menjabat Bupati Karawang menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang tidak anti kritik. Hujatan sekeras apapun, Asep akui, Cellica tetap tidak melawan dengan memanfaatkan kekuasaannya.
“Saya terus terang aja sangat salut dengan kepemimpinan Cellica. Karena dia seorang pejabat dan seorang politikus yang betul-betul sangat mahir memainkan peranannya. Dia bisa menempatkan di mana dia seorang pimpinan partai (kala itu) dan seorang kepala daerah,” puji Asep.
Terkait kekosongan pejabat, terutama eselon II di lingkungan Pemkab Karawang, Asep balik mempertanyakan peranan Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan).
“Jangan pula salahkan bupati secara sepihak. Tapi fungsi optimalisasi Baperjakat bagaimana? Ada persoalan apa di situ, ko sampai ada rangkap-rangkap jabatan di beberapa OPD (Organisasi Perangkat Daerah)? Kita kan tahu, komposisi Baperjakat darimana dan siapa saja?” tanya Asep.
Soal puas dan tidak puas terhadap kepemimpinan Cellica, kata Asep lagi, satu hal yang wajar, tergantung dari sisi mana melihatnya. “Kalau hasil pembangunan, itu kan hasil pekerjaan kolektif. Karena proses sebuah program pembangunan dimulai dari bawah (musrenbang), kendati dipagari oleh RPJMD (Rencana Pembangunam Jangka Menengah Daerah),” ujarnya. (tik)