KARAWANG, TAKtik – Hingga kini, penyebab pasti pemicu kebakaran yang terjadi pada tumpukan jutaan ton sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah Jalupang, Kotabaru, Karawang belum dapat disimpulkan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Karawang Wawan Setiawan mengatakan, saat ini pihaknya bersama BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dibantu jajaran kepolisian dari Polres dan Kodim 0604 fokus menangani masalah ini di lapangan.
“Polisi sendiri belum bisa melakukan olah TKP karena untuk masuk ke area TPA masih dipenuhi asap. Makanya, sekarang ini fokus dulu memadamkan bara apinya yang dari bawah tumpukan sampah. Yakni dengan menggunakan alat berat. Sampah dikeruk langsung disemprot air dari mobil pemadam,” ujar Wawan, Selasa (31/10/2023).
Jumlah alat berat yang dikerahkan, sebut Wawan, kini ada 4 unit, dan bakal ditambah lagi bantuan Dinas PUPR yang ditarik dari Pangkalan. Bahkan, kata Wawan lagi, Kapolres juga turut membantu menerjunkan satu unit. Walau demikian, Wawan belum bisa memastikan sampai kapan bara api di bawah tumpukan jutaan ton sampai itu benar-benar padam.
“Keinginan kita sih secepatnya padam. Tapi kan kita sendiri sulit memastikan, kecuali ada hujan lebat yang mengguyur TPA Jalupang. Apalagi dengan terbakarnya sampah di sini, sampai kini kita belum punya tempat alternatif untuk membuang sampah lainnya. Secara teori, produksi sampah rumah tangga di Kabupaten Karawang 1.200 ton per hari. Sedangkan yang terangkut sekitar 500-an ton setiap hari karena keterbatasan armada,” aku Wawan.
Diketahuinya, tumpukan sampah di TPA Jalupang terbakar sejak tanggal 28 Oktober 2023. Saat itu ada pemulung yang mendengar ledakan. “Sumber ledakannya di area di mana di titik itu ada bekas pengolahan air tinja. Di bawah tumpukan sampah mengandung gas metan,” urainya.
Diakui pula oleh Kepala BPBD Karawang Mahpudin, kesulitan timnya dalam memadamkan bara api karena titik api sering keluar di tempat yang berbeda saling bergantian pada area TPA Jalupang seluas 10 hektaran. Selain itu, kendala pemadaman di siang hari titik letupan api dipicu hembusan angin di tengah terik matahari.
“Sebenarnya damkar bekerja efektif di malam hari. Selain titik bara api terlihat, suhu juga dingin dibanding siang hari. Namun demikian, kami tetap memaksimalkan upaya pemadaman siang maupun malam. Hanya kendala lain, keberadaan asap membuat jarak pandang terbatas, juga perih di mata armada kami yang sedang berjuang memadamkan bara api itu,” ungkap Mahpudin. (tik)