KARAWANG, TAKtik – Selama 11 hari banjir menggenangi wilayah Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat dan Desa Sukamakmur, Kecamatan Telukjambe Timur sejak awal Januari 2024, terdapat 114 hektar sawah yang terendam.
Kendati hingga Minggu, 14 Januari 2024, hektaran sawah di area ini masih digenangi banjir hingga akses jalan dari Dusun Pangasinan, Desa Karangligar menuju jalan interchange Karawang Barat belum bisa dilalui kendaraan. Sedangkan banjir di pemukiman warga sudah surut sejak Jum’at malam, 12 Januari 2024.
Data yang dihimpun Dinas Pertanian Karawang menyebutkan bahwa area persawahan teknis di wilayah Desa Karangligar yang tergerus banjir mencapai luas 96 hektar. Di wilayah Desa Sukamakmur 18 hektar.
Selain di dua wilayah desa langganan banjir, terdapat pula 3 hektar sawah di Kecamatan Ciampel yang tergenang banjir. Itu berartl luas total sawah di Kabupaten Karawang yang terkena dampak hujan mencapai 117 hektar.
Kepala Bidang Perkebunan dan Perlindungan Tanaman pada Dinas Pertanian Karawang Dadan Dani belum bisa memastikan berapa kerugian yang diderita petani. “Angka kerugian total petani kita tidak tahu. Tapi kerugian yang ditanggung pihak asuransi, baru bisa kehitung setelah kita cek lapangan,” ujarnya.
Dadan kemukakan, sawah di Karangligar yang terdaftar dalam AUTP (Asuransi Usaha Tani Padi) 75,80 hektar. Sementara yang terdampak banjir hanya 49,1 hektar. Dia akui, tidak semua sawah diasuransikan. Padahal, asuransi tersebut ada juga yang ditanggung APBD Karawang selain swadaya atau ditanggung oleh petaninya sendiri.
Kaji, salah seorang petani warga Desa Karangligar yang sawahnya ada di wilayah Desa Sukamakmur menyebutkan, kebutuhan biaya proses tanam padi hingga bisa dipanen mencapai antara Rp 7 juta sampai Rp 8 juta per hektar. “Sawah saya saja yang terendam banjir 1 hektar, dan belum diasuransikan. Saya tidak tahu harus bagaimana dan kemana daftarnya,” ungkapnya.
Bila merujuk ke biaya tanam yang dikemukakan Kaji tersebut, rata-rata dalam satu hektar Rp 7 juta saja itu berarti angka kerugian petani di dua desa ini yang tanaman padinya tergerus banjir mencapai Rp 798 juta. Kalau ditambah 3 hektar yang di Ciampel hingga Rp 819 juta.
Lalu, bagaimana nasib petani seperti yang dialami Kaji? Sedangkan menurut Dadan, tanaman padi yang terendam banjir sampai 3 atau 4 hari bisa gagal panen. Dadan katakan pula, sawah yang diasuransikan mendapatkan klaim dari asuransi Rp 6 juta per hektar dengan masa tunggu hingga cair selama 6 bulan.
Nasib naas petani penggarap di Karangligar yang padinya tidak bisa dipanen hanya bisa pasrah. Mereka bingung harus mengadu ke mana, karena biaya untuk tanam padi yang hanya satu hingga dua petak hasil pinjam dari rentenir alias bank emok. (tik)