KARAWANG, TAKtik – Bergulirnya rencana membangun koalisi besar yang diinisiasi pimpinan dari 5 parpol, kini menjadi isu politik menghangat jelang Pilkada Karawang 2024.
Apa yang dikatakan Nanda Suhanda dari PKS bahwa ini terpicu oleh kekecewaan legislator terhadap petahana karena komunikasi kurang baik tidak ditampik oleh Ketua DPC PDIP Karawang Pipik Taufik Ismail. Bahkan diingatkannya, bupati-wakil bupati di sini lahir dari rahim parpol, sama seperti halnya yang di legislatif.
“Ini kami anggota dewan (legislatif) juga orang politik yang lahir dari rahim politik. Masa gak nyambung? Artinya, kami ingin memberikan pesan kepada siapa pun yang akan jadi pimpinan di Karawang harus lebih bersahabat, harus lebih mengerti,” beber Pipik kepada TAKtik, Senin (29/4/2024).
Soal apakah rencana koalisi besar ini (Gerindra, Demokrat, PKS, Golkar dan PDIP) bisa terwujud? Pipik nyatakan, lihat saja endingnya. Karena di politik itu ada lobi-lobi, komunikasi dan negosiasi. Tidak hanya sebatas ini, Pipik dengan para pengurus parpolnya kini sedang intens menjajagi ruang koalisi dengan Golkar bahkan PKB.
Di antara mereka saling balik berkunjung ke sekretariat parpolnya masing-masing. Tentang apa yang dibicarakan, kata Pipik, baru sebatas menyamakan persepsi tentang Karawang 5 tahun ke depan. Belum sampai membicarakan figur bakal calon yang akan diusung.
“Mengenai rencana koalisi besar sangat-sangat bisa terjadi. Yang penting ada kesepakatan. Apalagi dari semua parpol yang punya kursi di DPRD Karawang hasil Pemilu 2024, tak satu pun yang bisa mengusung balon sendiri tanpa koalisi. Ingat, rekomendasi parpol tidak semudah itu,” tandas Pipik.
Pernyataan berbeda dikemukakan oleh Ketua DPRD Karawang Budianto. Ia membantah kalau rencana pimpinan 5 parpol mau membangun koalisi besar sudah ke tahap serius. Menurutnya, apa yang dinyatakan mereka saat berada di Jambi hanya sebatas obrolan biasa.
“Apalagi kalau dikatakan terkait faktor kekecewaan teman-teman ke bupati, gak ada itu. Memang ada pandangan dari PKS begitu, itu bisa jadi cerita dari pak dokter Ata yang mungkin secara kepartaian atau fraksional. Apakah ini sekadar April Mop atau prank? Ya mungkin meureun,” ujar Budianto sambil berseloroh. (tik)