KARAWANG, TAKtik – Setidaknya hingga 18 Juli 2024, baru nama Gina Fadlia Swara dari kader parpol, yakni Gerindra, yang posisi tawar politiknya diperhitungkan untuk maju di Pilkada tahun ini.
Dua nama seperti petahana Aep Syaepuloh dan Acep Jamhuri alias Ajam yang non kader partai yang justru melenggang memperoleh dukungan kaum politisi maupun aktivis di Karawang.
Kemunculan nama kader internal parpol dengan spanduk sosialisasi yang sudah tersebar di berbagai titik di wilayah Kabupaten Karawang, kenyataannya hingga kini belum jelas bisa maju atau tidak di panggung pilkada di daerah ini.
Nama seperti Ata Subagja Dinata dari PKS maupun Maslani dari NasDem, parpolnya malah baru berani mengusung figur calon di luar kadernya sendiri.
Kendati di kalangan pengurus PKS menyebut, partainya masih melakukan lobi-lobi politik agar kader internalnya tersebut dapat diterima menjadi pasangan calon dari non kader yang telah direkomendirnya itu.
Fakta politik seperti ini, menurut pakar komunikasi politik Unsika Eka Yusup, sulit dipahami bukan bagian dari kegagalan parpol dalam melahirkan kader potensial untuk duduk di eksekutif. Mereka tidak jauh-jauh hari mempersiapkan kader terbaiknya menjadi “petarung” pada setiap konstelasi Pilkada.
“Tak aneh jika kinerja partai seperti terkuras di tengah tahapan pilkada mulai berlangsung. Padahal ini hajat lima tahunan pesta demokrasi. Bagaimana kalangan parpol dalam proses berpolitiknya menyiapkan SDM yang handal, punya kompetensi dan mampu membangun elektabilitas kader,” nilai Eka.
Sehingga ketika parpol lebih mengedepankan memilih calon usungannya dari non kader, menurut Eka, itu bisa jadi bagian pengakuan mereka bahwa kadernya belum dianggap ‘layak’ dalam menggerakan elektoral pada kompetisi pilkada.
“Sekarang tinggal kita tunggu sejauhmana posisi tawar mereka dalam membangun kompromi politik dengan parpol koalisi maupun calon non kader yang diusungnya. Apakah berhasil atau tidak untuk menempatkan kader menjadi calon pasangannya,” tantang Eka. (tik)