KARAWANG, TAKtik – Belum terbukanya petahana Aep Syaepuloh akan memilih siapa di antara beberapa nama yang digadang-gadang bakal dipilih jadi calon pasangannya di Pilkada Karawang 2024, pendiri PKS di daerah ini ikut angkat bicara.
Yakni, Azhar Fauzi Said. Salah seorang intelektual Karawang yang pertama mengibarkan bendera Partai Keadilan tahun 1998, sebelum akhirnya berubah jadi PKS, masih punya keyakinan bahwa kader partainya akan dipinang petahana untuk maju bersama di pilkada kali ini.
“Orang-orang sepuh seperti saya ini (di PKS) tidak diam. Pasti jalan (bergerak). Kita juga tidak mau menyodorkan kader kaleng-kaleng yang hanya sekadar jadi pendamping doang. Insya Allah peluang kader PKS bisa 80 sampai 90 persen akan mendampingi Haji Aep,” yakin Azhar kepada TAKtik, Selasa siang (13/8/2024).
Hanya saja, Azhar sebagai orang pertama pula yang terpilih jadi anggota DPRD Karawang periode 1999-2004 dari Partai Keadilan tidak membeberkan alasan atas keyakinannya itu. Katanya, kaum sepuh di luar pengurus PKS tidak bisa memperlihatkan langkah-langkah politik partainya seperti apa dalam menghadapi pilkada.
Ia tidak sepakat apabila posisi tawar PKS terhadap petahana yang lebih dulu direkomendasikan partainya untuk diusung jadi calon bupati di Pilkada Karawang 2024 dianggap lemah dibanding nama lain dari partai koalisinya. “Gak begitu juga sebenarnya. Walau sudah injury time, jalan dan peluang itu masih ada,” ujarnya.
Bagi Azhar, kini saatnya PKS memajukan kader asli sendiri yang terdidik, terbina untuk minimal jadi wakil bupati. Diingatkannya, sudah satu generasi selama 25 tahun partainya lahir di bumi pertiwi sejak era reformasi bergulir. Baru kali ini di Karawang punya kader yang masuk gedung DPRD Jawa Barat.
“Sebenarnya sangat layak kader PKS jadi bupati atau wakil bupati di sini. Apalagi sekarang jumlah kursi di DPRD kita hasil Pemilu 2024 cukup signifikan hingga punya hak masuk di unsur pimpinan legislatif. Sebagai seorang pangkader, ini sebuah kebahagiaan,” tandas Azhar.
Dipertegasnya, ikhtiar politik bagi PKS dalam menghadapi momentum politik seperti pilkada terdapat 3 unsur kekuatan pendukung. Yaitu pengurus, kader dan kaum sepuh yang masih dapat bergerak bukan sekadar sumbangsih pemikiran semata. (tik)