KARAWANG, TAKtik – Apa yang terjadi di Nepal, itu adalah alarm sosial bagi para pengelola pemerintahan di negeri ini sampai ke tingkat daerah. Saatnya ubah gaya kepemimpinan dan gaya anggaran.
Hal itu diingatkan Gubernur Dedi Mulyadi saat hadir pada puncak peringatan HUT Kabupaten Karawang ke-392 dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Karawang, Minggu, 14 September 2025.
“Kita belum seberapa dibanding Nepal. Anggota dewannya dikejar sampai sungai, menterinya ditelanjangi. Kita masih belum seperti itu. Masih terjaga, masih teramankan. Tetapi itu alarm sosial bagi kita. Mari kita ubah gaya kepemimpinan kita. Mari kita rubah gaya anggaran kita,” seru Dedi alias KDM.
Reaksi rakyat di beberapa daerah di Indonesia belum lama ini, disadari KDM, itu karena ada disparitas keadilan struktur sosial yang menganga. Kesenjangan ini, diyakininya, akan menjadi problem sosial yang akut jika tidak segera diselesaikan.
Otoktitik KDM yang lainnya bahwa pemimpin harus adil sama semua rakyat. Tidak boleh (lagi) ada keberpihakan terhadap kelompok tertentu. Katanya, membangun rumah sakit, puskesman dan sekolah itu gampang karena ada duitnya (anggarannya).
Terpenting dari itu semua, sebut KDM, kepala daerah wajib memprioritaskan pelayanan dasar masyarakat mulai dari kesehatan, pendidikan hingga infrastruktur dengan berkeadilan. Dan ini menjadi bagian dari alasan dirinya untuk menganalisis layak atau tidaknya setiap RAPBD Kabupaten/Kota yang diminta pertimbangan gubernur terhadap kebutuhan rakyat.
Mulai saat ini ke depan, KDM meminta anggaran belanja Pemkab Karawang, termasuk pemkab/pemkot se-Jawa Barat, agar dibuka secara transparan ke publik melalui media sosial. KDM beralasan, supya semua rakyat tahu dan apal arah kebijakan pemerintahan daerahnya secara detil sampai ke judul alokasi anggarannya.
Selama ini, kata KDM, kebijakan pembangunan belum sampai (fokus) pada apa yang dibutuhkan rakyat. Lebih ke menurut ‘selera’ masing-masing yang berbasis kelembagaan, ego sektoral serta berbasis anggaran. “Ini karena filosofis dasar pembangunannya tidak dipelajari,” tandasnya. (tik)