KARAWANG, TAKtik – Pasar kerja industri di Karawang kembali berkurang setelah beberapa perusahaan yang bergerak di sektor tekstil, sandang, dan kulit lebih memilih menutup pabriknya dengan alasan makin mahalnya biaya produksi, terutama upah minimum kabupaten (UMK).
Akibatnya, diakui oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Karawang, Ahmad Suroto, sampai akhir September 2017 jumlah karyawan yang terpaksa terkena PHK mencapai 12 ribu orang lebih. Kalaupun ada perusahaan di sektor ini bertahan untuk tetap melanjutkan investasinya, Suroto bilang, mereka memilih memindahkan pabriknya ke daerah lain.
“Perusahaan tersebut antara lain, PT Metro Kinkin, PT Royal Industri, PT DSI, PT Hansay, dan PT Mondales. Yang lainnya masih kami data. Karena ada kabar bakal melakukan hal sama setelah UMK Karawang terus mengalami kenaikan secara signifikan setiap tahunnya, jauh di atas daerah-daerah lain di Jawa Barat maupun secara nasional,” ungkap Suroto.
Sulit dipungkirinya, kondisi demikian makin menjadi beban berat buat Pemkab Karawang dalam mengurangi angka pengangguran. Selain menghadapi jumlah pengangguran regular dari lulusan sekolah setiap tahunnya sampai di atas 22 ribu orang, ditambah dari pekerja yang terkena PHK. Suroto katakan, tidak ada cara lain menghadapi problem klasik ini selain mengarahkan masyarakat menjadi wirausahawan baru dengan bimbingan dan pembinaan dari OPD terkait.
“Program pemagangan ternyata belum mampu mengurangi angka pengangguran sebagaimana yang diharapkan. Sebab antara kebutuhan pasar kerja dengan kondisi ril pengangguran belum sebanding. Kami di Disnakertrans juga sedang kembali menggiatkan peningkatan Balai Latihan Kerja atau BLK hingga ke tingkat kecamatan. Ini dimaksudkan untuk mengarahkan kemampuam masyarakat ke wirausaha,” ujar Suroto. (tim/tik)