KARAWANG, TAKtik – Berlarutnya keputusan Bupati Cellica Nurrachadiana untuk menetapkan calon direksi PDAM Tirta Tarum Karawang, menjadi pertanyaan besar di kalangan aktivis anti korupsi.
Padahal hasil seluruh proses seleksi yang ditugaskan bupati kepada Panitia Seleksi (Pansel) sudah tuntas Desember 2017 lalu. Dan hasil itu pula telah disampaikannya ke Cellica selaku owner.
“Ini cuma soal waktu saja yang sedang kita atur. Gak ada ‘pertimbangan’ lain ko. Coba saja nanti buktikan. Kalau mau, silahkan bapak (TAKtik) nanti datang di paparan itu,” demikian alasan Cellica saat bertemu TAKtik di acara peletakan batu pertama pembangunan masjid kampus Unsika, 22 Pebruari lalu.
Seorang aktivis anti korupsi, Asep Toha yang biasa akrab dipanggil Asto, mempertanyakan balik, apakah karena adanya keraguan dari hasil fit and proper test yang dilakukan oleh Tim Panitia Seleksi, yang akhirnya membuat bupati galau dalam menentukan sikapnya? Padahal, diingatkan Asto, penetapan itu sepenuhnya hak prerogratif bupati.
“Setelah hasil fit and proper test tim akademisi yang menghasilkan 9 orang calon direksi untuk direktur utama, direktur umum, dan direktur teknis keluar tanpa publikasi, malah tetap dimunculkan 13 orang oleh kalangan Dewan Pengawas, sangat rasional jika ini menimbulkan pertanyaan besar. Ada apa? Adakah ini opsi ‘damai’ dengan tetap mempertahankan plt direksi?” tanya Asto.
Diingatkannya lagi, jangan biarkan persepsi buruk publik mengenai hal ini dengan segera bupati mengambil keputusan. Yaitu, memilih dan menentukan 3 orang dari 9 orang calon direksi yang dinilainya pantas memimpin PDAM Tirta Tarum. “Jika tidak galau, segera terbitkan SK,” serunya.
Sementara itu, Asda II Ahmad Hidayat mengakui, hingga kini pihaknya belum menerima perintah dari bupati untuk memanggil 9 orang calon direksi PDAM Tirta Tarum yang akan dimintainya memaparkan ulang visi misinya dalam mengelola perusahaan daerah ini. “Insha Allah saya akan sampaikan kembali ke Ibu (bupati),” ujarnya. (tik)