KARAWANG, TAKtik – Ciri berita hoax di antaranya bersifat provokatif dari narasumber yang sulit dipercaya. Dan rata-rata dari 45 kejadian, cuma 3 yang benar. Bahkan data yang sempat terdeteksi Mabes Polri, di Indonesia ini ada 300 akun penyebar hoax.
Hal itu dikutif Ketua PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Jawa Barat, Mirza Zulhadi, saat jadi pembicara di acara yang digagas Polres Karawang dalam membangun komitmen dengan sejumlah awak media untuk memerangi hoax di Mercure Hotels, Galuh Mas, Kamis (5/4/2018).
“Kementerian Kominfo sekarang ini sudah membeli alat seharga Rp 140 miliar sebagai pendeteksi atau penangkal dari berita-berita hoax. Makanya buat temen-temen jurnalis, cermati dulu (munculnya informasi awal yang belum jelas sumber dan faktanya di lapangan),” kata Mirza.
Diakuinya, di era milenial seperti sekarang orang lebih cenderung memilih mencari berbagai informasi melalui internet. Bahkan sampai rata-rata 8 jam setiap hari berselancar di dunia maya. Sedangkan waktu untuk membaca koran hanya 12 menit per harinya. Mirza berseloroh, ketinggalan handphone 7 menit saja sudah kelimpungan.
Dalam kesempatan sama, Kapolres Hendy F. Kurniawan tidak menampik di tahun politik 2018, terutama jelang Pilpres 2019, menjadi tahunnya pertarungan politik. Sehingga tidak aneh bila pada akhirnya ada saja pihak-pihak yang menjadikan momentum ini buat menyebar hoax. Targetnya, mengganggu kondisi-kondisi kamtibmas dengan tujuan tertentu.
“Hal yang wajar-wajar dibumbui. Banyak intrik-intrik yang dibuat. Sementara di kalangan masyarakat kita tidak sampai detail (untuk ingin mengetahui) ke asal sumber. Makanya kalau tidak seimbangkan pola pikir di kalangan masyarakat itu dengan berita-berita menyejukan, menyajikan fakta, ini mainsetnya akan terbentuk. Bila terjadi konflik di masyarakat, cost-nya lebih besar, baik jiwa, harta, dan lain sebagainya,” urai Hendy mengingatkan. (tik)