KARAWANG, TAKtik – Kendati janji Bupati Cellica Nurrachadiana belum terealisasi untuk turun melihat langsung mulut sungai Darawolong ke bibir Sungai Cibeet yang menjadi sumber banjir di Karangligar, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang, Banuara Nadeak, berhasil ‘dipaksa’ perwakilan warga setempat dan seorang aktivis Pepeling turun ke lokasi itu, Senin siang (14/5/2018).
Secara kebetulan, Nadeak bertemu mereka usai bertandang ke kantor Kepala Desa Mekarmulya Kecamatan Telukjambe Barat terkait membicarakan kerusakan rumah-rumah warga hingga hilangnya tanah warga di Dusun Mujiah di wilayah desa ini yang tergerus air Cibeet. Menanggapi kebencanaan di tiga desa, selain Mekarmulya adalah banjir rutin di Desa Karangligar dan tanah longsor di bantaran Sungai Cibeet di Desa Parungsari, Nadeak hanya mengatakan, bahwa semua titik daerah bencana ini masih dalam pembahasan dengan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) lainnya di lingkungan Pemkab Karawang untuk penanganan solusinya.
“Saya sudah berkali-kali menyampaikan aspirasi warga di sini dalam setiap rapat koordinasi. Bahkan terakhir kali saat bersama Ibu Bupati di lantai III Gedung Singaperbangsa, pekan kemarin. Sebenarnya saya telah turun ke titik-titik lokasi rutin bencana. Soal keinginan warga Karangligar agar dibuatkan pintu air di mulut sungai Darawolong yang di bantaran Cibeet, prinsipnya saya sepakat. Tapi untuk teknis dan pelaksanaan pembuatan pintunya kan leading sector-nya ada di Dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang),” dalih Banuara.
Ia juga mempertanyakan beberapa patok yang tertancap di bantaran Cibeet pada wilayah Desa Parungsari. Oleh Kadesnya, Pardi, dijelaskan, patok-patok tersebut adalah titik batas tanah milik warga yang sudah dijual ke pihak lain. Yaitu, sejak ramainya para spekulan tanah ‘menyerbu’ lima desa di wilayah Kecamatan Telukjambe Barat dalam beberapa bulan terakhir. “Sekitar 20 hektar tanah darat milik warga kami yang telah beralih tangan ke pihak lain. Termasuk yang di bantaran Cibeet. Malah ada tanah warga yang hilang akibat tergerus aruh Cibeet,” ungkap Pardi.
Sebelumnya, Cellica berjanji siap turun ke lokasi tersebut guna memastikan efektivitas keberadaan pintu pengatur luapan air Cibeet dalam meminimalisir dampak banjir rutin di perkampungan penduduk di Dusun Pangasinan Desa Karangligar. Nyatanya, janji yang disampaikan melalui TAKtik, sebulan lalu, hingga kini belum terealisir. Kabar yang diterima TAKtik di kalangan pejabat pemkab, Cellica sempat mengingatkan OPD terkait untuk segera mendengar dan memperhatikan aspirasi warga langganan banjir itu.
Namun, penjelasan lain dikatakan Kepala Dinas PUPR, Acep Jamhuri, bahwa pihaknya menunggu dulu realisasi program BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) yang diketahuinya telah menyiapkan anggaran sekitar Rp 30 miliar untuk menormalisasi Sungai Cibeet. Mengenai pintu air yang diinginkan warga korban banjir Karangligar, Acep malah bilang, bahwa titik banjir rutin di Dusun Pangasinan dan Kampek di wilayah Desa Karangligar adalah titik cekungan air yang sulit dibenahi lagi. Dia beralasan, sejarah telah mencatat kondisi demikian.
Salah seorang penggiat lingkungan dari Pepeling, Ajay Wijaya, justru menyayangkan sikap pejabat Pemkab Karawang yang tetap hanya bisa berdalih dalam menyikapi keluhan warga Karangligar. “Sudah bisa kita simpulkan, ternyata memang belum ada good will dari pemilik kebijakan di pemkab dalam mengambil langkah solusi meminimalisir dampak banjir rutin Karangligar. Karena untuk turun langsung saja ke titik lokasi penyebab banjir, selalu banyak alasan. Ada apa sebenarnya dibalik keengganan mereka?” sesalnya. (tik)