KARAWANG, TAKtik – Paska Pilgub Jabar 2018 dan di tengah pengusungan bakal calon anggota legislatif untuk Pemilu 2019, seorang tokoh aktivis yang kini berbaju Golkar, Sukur Mulyono, dinobatkan oleh beberapa kalangan peduli masjid menjadi figur dari motor penggerak pembangunan sarana ibadah bagi ummat Islam di Karawang.
Selanjutnya, mereka mendeklarasikan diri nama wadahnya adalah DKM (Dulur Kang Mul) di Resto Sunda Kampung Budaya, Minggu malam (15/7/2018). Dikemukakan juru bicara inisiator, Cepyan Lukmanul Hakim, DKM dilahirkan bukan untuk kepentingan politik praktis. Baik kepentingan parpol tertentu, calon anggota legislatif, maupun arah menuju suksesi Karawang 2021.
“Kalaupun kami mengedepankan figur Sukur Mulyono sebagai ikon dari wadah ini (DKM), itu karena beliau yang telah memberikan inspirasi dengan kepeduliannya membangun masjid di beberapa tempat jauh sebelum masuk ke dunia politik praktis (Golkar). Di DKM alias Dulur Kang Mul, semangatnya memperkuat silaturahmi tanpa menunjukan baju parpol atau organisasi manapun,” ungkap Cepyan.
Lebih lanjut dikemukakannya, tujuan dilahirkannya DKM yang Dulur Kang Mul hanya bagaimana memperkokoh persatuan ummat untuk saling memakmurkan masjid dengan penguatan sarana dari tempat ibadah kaum muslim di wilayah Kabupaten Karawang yang lebih representatif. Dia pertegas, langkah ini bagian dari belajar mengetuk hati semua pihak, bahwa keberadaan masjid hingga pemeliharaannya adalah tanggung semua muslim tanpa terkecuali.
Diminta sebagai figur inspiratif dalam program membangun 1001 masjid, Sukur Mulyono dengan tegas meminta agar keberadaan wadah DKM versi Dulur Kang Mul tidak menjadi wadah eksklusif yang diklaim menjadi kepentingan politik praktis kelompok atau golongan tertentu. “Di sini harus kita lepaskan baju parpol. Kalau itu masih terjadi, lantas haruskah setiap berbuat kebaikan menjadi sekat pemisah silaturahmi (kebersamaan)?” ujarnya mengingatkan.
Mulyono juga pertegas, kehadiran DKM yang Dukur Kang Mul, tidak lantas berpikir sebuah gerakan politik menuju Karawang 2021. “Saya tidak pernah berpikir untuk menjadi bupati. Mimpi pun kearah itu pun gak pernah. Karena saya tahu bagaiman beratnya jadi pejabat. Setiap langkah dan kebijakannya selalu jadi sorotan publik. Saya sudah merasa enjoy (bahagia) dengan posisi sekarang. Ngomong bisa bebas, mau kemana saja tidak rikuh,” akunya.
Yang terlihat hadir malam itu, Ketua DPD PKS Karawang,Dedi Sudrajat, politisi dari Partai Perindo, Dian Nugraha, aktifis dari LSM Lodaya, Yusuf Nurwenda, petinggi LSM Kompak, Mukron Cs, kalangan pengurus DKM beberapa masjid di Karawang, beberapa orang dari FPI, ada juga dari aktivis FMK (Forum Masyarakat Karawang), serta para penggiat seni tradisional Sunda. (tik)