JEPANG, TAKtik – Sebagai negara penghasil otomotif terbesar yang masih menguasai pasar Indonesia, Jepang tak pernah berhenti melakukan inovasi teknologi yang dikembangkan untuk industri otomotifnya tersebut.
Salah satu di antara industri otomotif Jepang yang ada di negeri ini, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) telah memastikan diri bakal melakukan peralihan tekhnologi di Indonesia, paling lambat dimulai tahun 2025. Pihak TMMIN membaca, di era itu mobil berbahan bakar minyak (BBM) akan beralih ke mobil elektrik (listrik).
“Kita tidak mungkin selamanya mengandalkan BBM sebagai energi penggerak mobil. Karena suatu saat BBM pasti habis,” ujar President Director PT TMMIN, Warih Andang Tjahjono, seusai menyaksikan persiapan Festival Indonesia yang di gelar di Tokyo, Jepang dalam rangka mengisi Peringatan ke-60 Hubungan Diplomatik Indonesia-Jepang, Sabtu (27/7/2018), kepada sejumlah awak media dari Indonesia, termasuk kontributor TAKtik.
Dikemukakannya lebih lanjut, peralihan tekhnologi dalam dunia otomotif tidak bisa dibendung. Dan jika Indonesia tidak mengikuti perubahan era ini, dipastikannya, tergerus oleh negara luar. “Ada empat pilar yang harus diperhatikan produsen otomotif di Indonesia. Yakni, costumer, infrastruktur, suplayer, dan regulasi (aturan). Kita mesti mampu meyakinkan konsumen jika mobil listrik lebih aman dan nyaman ketimbang mobil ber-BBM. Jika konsumen sudah menerima, maka peralihan teknologi tersebut telah melewati satu hambatan,” katanya.
Setelah itu, lanjut dia, yang harus diperhatikan berikutnya adalah infrastruktur. Artinya, pengisian baterai untuk mobil listrik tersedia di semua tempat sebagaimana ketersediaan SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum), selain ketersediaan bengkel yang siap merawat mobil jenis ini. Sama halnya di suplayer, Warih tegaskan, komponen mobil turut diajak berubah. Dia mengklaim, untuk Toyota telah memiliki ratusan suplayer komponen dengan ribuan pekerja.
“Yang tak kalah penting, pemerintah harus membuat aturan (regulasi) yang tepat agar mobil listrik di Indonesia bisa dikembangkan, bahkan mampu mengalahkan negara yang sudah maju. Kami terus menerus memberi masukan kepada pemerintah mengenai peralihan teknologi ini. Apalagi Indonesia memiliki bahan baku pembuatan baterai mobil yang tidak dimiliki negara lain. Potensinya tinggal dikembangkan agar semua baterai mobil merk apapun dibuat di Indonesia,” ungkap Warih.
Dibeberkannya pula, mobil listrik yang diproduksi negara maju masih banyak kelemahan. Di antaranya, bentuk baterai yang terlalu besar dan berat. Selain kekuatan baterai dalam menggerakan motor kendaraan belum bisa bertahan lama. Kondisi ini, Warih meyakini, berpengaruh terhadap minat konsumen untuk beralih ke mobil listrik. Artinya, peluang untuk merebut pasar mobil listrik sangat terbuka lebar, jika produsen bisa memperbaiki kelemahan-kelamahan tersebut.
Dalam perhelatan GIIAS (Gaikindo Indonesia International Auto Show) selama tanggal 2 hingga 12 Agustus 2018 di ICE BSD City, Tangerang Selatan, Banten, Toyota dengan mengusung tema “Empowering Mobility, Beyond Possibility” dikabarkan bakal menampilkan teknologi elektrifikasi produknya secara lengkap. Di antaranya, mobil Hybrid Electric Vehicle (HEV) berupa Toyota C-HR, Prius Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) dan Toyota Mirai dengan teknologi Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) atau berbahan bakar hidrogen. (tim/tik)