KARAWANG, TAKtik – Setelah hening sesaat, kini bursa calon Sekda Karawang mulai kembali menggeliat. Ada yang berpendapat, posisi sekda kali ini cukup strategis bagi perjalanan politik Bupati Cellica Nurrachadiana dalam menghadapi Pilkada 2021.
Kabar yang diterima TAKtik pada Jum’at malam (22/2/2019) menyebutkan, selain telah ada 4 orang pejabat eselon II dari internal Pemkab Karawang yang berkas lamarannya sudah masuk panitia seleksi (pansel), terdapat pula 2 orang pejabat luar daerah yang turut ambil bagian. Yakni, Sugandi dari Sukabumi dan Wahyudjaya dari Garut.
Sedangkan Cellica sempat menegaskan, untuk mengisi jabatan sekda di Karawang paska berakhirnya masa jabatan Teddy Rusfendi Sutisna, dirinya akan lebih memilih pelamar dari pejabat di internal Pemkab Karawang. Padahal, proses seleksi terdapat di wilayah pansel. Karena bisa jadi pelamar dari luar daerah itu lolos masuk tiga besar. Di mana ketiganya ini yang bisa diajukan ke Mendagri untuk menentukan satu nama yang disetujui jadi sekda.
Adapun keempat pejabat Karawang yang telah membuktikan keseriusannya bertarung memperebutkan kursi sekda adalah Ahmad Suroto (Kepala Disnakertrans), Yudi Yudiawan (Kepala Disdukcapil), Acep Jamhuri (Kepala Dinas PUPR), dan Dedi Ahdiat (Kepala DPMPTSP). Satu nama lagi yang sempat disebut-sebut bakal ikut, Eka Sanatha (Kepala Bappeda), hingga kabar ini didapat TAKtik, berkas lamarannya belum masuk.
Lantas, Cellica akan lebih percaya kepada siapa di antara keempat pejabatnya itu untuk menjadi sekda? Bagaimana jika yang diinginkan berbeda dengan hasil seleksi di tingkat pansel? Cellica juga pernah mengatakan, ia lebih menyerahkan sepenuhnya proses seleksi kepada pansel secara fair.
“Figur sekda kali ini cukup menentukan arah bagi perjalanan politik Cellica menuju Pilkada Karawang 2021. Walau ASN (Aparatur Sipil Negara) dalam teorinya ada larangan berpolitik, tapi bukan mustahil di kalangan mereka terdapat yang pandai bermain (berpolitik). Tidak tertutup kemungkinan Cellica butuh garansi dari figur sekda yang nantinya bukan jadi musuh dalam selimut,” kata pemerhati kebijakan-kebijakan pemerintahan daerah dari Poslogis (Politic, Social and Local Government), Asep Toha. (tik)