KARAWANG, TAKtik – Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Karawang Wawan Setiawan menyatakan, air Sungai Citarum yang kembali berwarna hitam pekat akibat dari sedimen yang sudah bertahun-tahun.
Itu dikemukakan Wawan dalam video singkat yang disebarkannya di group WhatsApp jurnalis, Senin petang (3/8/2020). Dalam video berdurasi 02.44 menit itu Wawan katakan pula bahwa hasil pengecekannya di lapangan, limbah-limbah cair industri yang dibuang ke Sungai Citarum masih sesuai dengan batas baku mutu air.
Anehnya, di durasi akhir videonya itu Wawan mengabarkan jika pihaknya baru akan turun patroli ke Sungai Citarum pada Selasa pagi (4/8/2020) untuk melihat langsung kondisi ril di lapangan, serta situasi Bendungan Walahar yang disebutnya sedang dikeruk maupun buangan-buangan air limbah oleh perusahaan-perusahaan (pabrik industri).
Ditemui di kantor dinasnya, Senin siang (3/8/2020), Sekda Acep Jamhuri yang juga ketua TIm Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) akan mengevaluasi ulang alokasi anggaran peruntukan honorarium relawan yang ditugaskan oleh DLHK melakukan patroli Sungai Citarum. “Buat apa ada patroli sungai kalau air Citarum tetap dibiarkan menghitam begitu? Itu dzolim namanya. Yang dibiayai APBD kita, jelas harus dievaluasi,” tegasnya.
Betulkah air Sungai Citarum yang sedang menghitam dalam beberapa hari terakhir tidak beracun dan tidak berbau? Ketua KNPI Karawang Lukman N. Iraz yang rumahnya berdekatan dengan aliran Citarum mengakui bahwa air sungai ini bau menyengat. Segala jenis ikan yang masih ada dan hidup di dalamnya, kini banyak yang mati.
“Hampir semua jenis ikan yang hidup di aliran Citarum, seperti nila, mujaer, dan betok pada mati. Bahkan ikan sapu-sapu yang dikenal kuat di dalam air limbah ikut mengambang tak bernyawa,” ungkap Lukman diamini Santa, warga bantaran Sungai Citarum lainnya. (tik)