KARAWANG, TAKtik – Kurang dari dua minggu jelang lengsernya Cellica Nurrachadiana dari jabatannya sebagai Bupati Karawang, pujian terhadapnya mulai mengalir, termasuk dari kalangan yang tergolong rajin mengkritisinya.
Seperti dikatakan praktisi hukum yang sering mengamati kebijakan-kebijakan publik di Karawang, Asep Agustian, bahwa sosok Cellica adalah seorang wanita tangguh. Politisi yang karirnya terbilang melesat ini, dinilainya, mampu menjaga emosionalnya dengan baik.
“Selama dua periode jadi bupati di Karawang tidak hanya kritik konstruktif yang dialamatkan kepada dirinya, tapi juga tak luput dari cacian atau makian. Yang saya tahu, dia tidak pernah ‘mencari’ pemakinya untuk diproses hukum, baik oleh tangannya langsung maupun melalui tangan orang lain. Saya angkat jempol,” puji Asep yang biasa akrab dipanggil Askun, Senin sore (23/10/2023).
Askun menyontohkan dirinya sendiri yang diakuinya sering mengkritisi kebijakan-kebijakan Cellica. “Sekeras apapun saya mengkritisi dia, gak pernah tuh dia benci saya. Malah kalau ketemu saya dia sangat baik. Karena saya juga mengkritisi dia bukan kepada pribadinya, tapi terhadap kebijakannya yang saya anggap keliru,” tandasnya.
Tidak dipungkiri oleh Askun, Cellica tergolong politisi yang jago dalam membangun komunikasi. Bahkan saat berada di kerumunan rakyatnya, dengan siapun tidak pilih-pilih saat dimintai selfi atau diajak bicara.
Hanya saja, Askun katakan, ponsel pribadinya Cellica hanya dapat diakses orang-orang tertentu. Sehingga ketika ada hal urgen, Askun sendiri merasa kesulitan membangun komunikasi dengan Cellica.
“Sisi ini wajar sih. Dia kan seorang bupati. Kesibukan dia pun banyak. Ini saya sadari itu. Nah, soal adanya predikat sebagai ratu PHP (Pemberi Harapan Palsu), emang siapa yang merasa di-PHP-in? Kalau saya mah tidak pernah karena tidak pernah minta sesuatu apapun kepadanya,” tandas Askun.
Mengenai janji pembangunan, lanjut Askun, bisa jadi apa yang diminta dan dijanjikan ada yang berharap instan. Padahal ada proses yang butuh waktu karena harus dituangkan dulu dalam APBD.
Kata Askun lagi, di sini Cellica paham bahwa menyangkut kebijakan ada tatanan yang tidak bisa dilabrak, yakni mekanisme yang telah disepakati antara dirinya sebagai bupati dengan DPRD Karawang.
“Makanya kenapa Cellica tidak terjebak pada kasus hukum? Ya itulah hebatnya dia. Termasuk mengenai mutasi, dia punya penilaian sendiri terhadap kinerja bawahannya. Jangan harap nitip rotasi pejabat pemkab ke dia. Pasti tuh gak bakal didengar. Bahkan dia orangnya paling risih kalau ‘dijual’ namanya. Dan saya percaya betul bahwa setiap ada mutasi gak ada tuh jual beli jabatan. Apa coba untungnya buat Cellica?” tanya Askun.
Askun berharap, mundurnya Cellica dari jabatan bupati dengan memilih nyaleg di DPR RI pada Pemilu 2024 berhasil. Berarti masyarakat Karawang masih peduli memilih dia. Satu hal penting menurut Askun, perhatiannya kepada Karawang tetap ada.
“Bisa duduk di sana (DPR RI) ya alhamdulillah. Walau pun secara pribadi, tadinya saya berkeinginan dia tetap melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya sebagai bupati hingga akhir periodesasinya. Minimal bisa menyelesaikan RPJMD di atas 70 persen,” pungkas Askun. (tik)