KARAWANG, TAKtik – Selama tahun 2023 pendapatan yang diperoleh Pemkab Karawang di sektor pariwisata hanya 58,95 persen. Dari target PAD yang dipatok Rp 500 juta, realisasinya cuma Rp 294,7 juta.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Yudi Yudiawan, Karawang bukan dikenal sebagai daerah tujuan wisata. Kalau pun ada beberapa destinasi di utara dan selatan Karawang, pengelolaannya masih banyak oleh pemerintahan desa setempat.
Selain itu, sambung Yudi, destinasi wisata di selatan Karawang area kepemilikan lahannya adalah Perhutani yang menjadi salah satu kendala sulitnya untuk dikembangkan.
“Makanya di tahun 2024 kita akan membangun kerjasama dengan Perhutani dan desa setempat. Bagaimana agar ke depan lebih dioptimalisasikan pengembangannya. Setidaknya dari sisi pendapatan yang masuk kas daerah ada peningkatan,” ujar Yudi, Senin (8/1/2024).
Selama ini, kata Yudi, PAD (Pendapatan Asli Daerah) sektor pariwisata yang masuk berdasarkan bagi hasil per tiket yang terjual pada setiap obyek wisata, pemkab hanya memperoleh Rp 1.500 dari destinasi di utara Karawang. Sedangkan dari selatan Karawang hanya Rp 1.000.
“Pada sisi pendapatan kita juga sudah ada kesepakatan dengan mereka (desa dan Perhutani) bahwa tahun 2024 kita akan memperoleh Rp 2.000 per tiket, baik dari destinasi wisata di utara maupun selatan Karawang,” sebut Yudi.
Sedangkan upaya untuk menggerakan sektor pariwisata agar kunjungan wisatawan membaik, pihaknya di Disparbud akan merangkul BMMK (Badan Musyawarah Masyarakat Karawang) agar di setiap obyek wisata terdapat panggung hiburan, terutama di libur ahir pekan atau libur nasional.
BMMK yang di dalamnya terdapat para seniman, kata Yudi lagi, para wisatawan bisa dihibur oleh seni tradisional Sunda, khususnya Karawang. Diakuinya, selama ini hingga libur tahun baru 2024, jumlah kunjungan wisatawan ke Karawang berkurang.
“Di selatan Karawang sendiri yang biasanya ramai Pantai Pakis, Samudera Baru, Sedari, mereka pindah ke Pulo Putri di Desa Segarjaya, Kecanatan Batujaya. Di libur tahun baru 1 Januari 2024 jumlah kunjungan wisatawannya mencapai tiga ribu orang. Kebetulan di Pulo Putri belum ada kerjasama dengan kita (Disparbud). Semua pengelolaannya oleh desa setempat,” ungkap Yudi. (tik)