KARAWANG, TAKtik – Dua hotel berbintang di Karawang terancam gulung tikar. Termasuk dua hotel lainnya yang belum lama hadir di daerah industri ini mulai kesulitan untuk tetap bisa bertahan hidup.
Demikian diungkap Ketua PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Karawang, Gabryel Alexander, Rabu malam (9/8/2017). “Subsidi yang diberikan group hotel-hotel itu buat kebutuhan biaya operasional di Karawang hingga ratusan juta rupiah per bulan,” bebernya sambil meminta nama-nama hotel tersebut tidak untuk dipublish.
Kondisi itu terjadi, Gabryel menyebut, akibat tingkat hunian atau okupansi hotel yang ada di Karawang hanya terisi 30 sampai paling tinggi 40 persen dari kamar yang tersedia. Padahal jika melihat potensi pasar hotel di sini, menurutnya, angka ideal okupansi minimal rata-rata 60 persen.
“Ekspatriat yang diharapkan stay di Karawang ternyata cuma 8 persen dari jumlah ekspatriat sebanyak 3000-an orang yang terdaftar legal keberadaannya di seluruh kawasan industri di daerah kita. Mayoritas ekspatriat sebagai top management di perusahaan industri manufaktur. Mereka lebih memilih tinggal di luar wilayah Karawang atau paling dekat di Cikarang Bekasi,” beber Gabryel.
Alasan mereka, diketahuinya berdasarkan hasil survey PHRI, pada jam-jam masuk kerja dan keluar kerja akses keluar masuk kawasan industri via gerbang tol Karawang Barat maupun Karawang Timur tingkat kemacetan arus lalulintas sudah cukup mereka merasa tidak nyaman jika memilih tinggal di Karawang.
“Selain itu, di Karawang belum tersedia moda transportasi massal semacam taxi. Sehingga ketika mereka butuh refreshing malam hari keluar hotel masih kebingungan. Belum lagi tempat nyantai bagi mereka tidak selengkap di Bekasi maupun Jakarta. Terutama saat weekend, kita di sini belum punya destinasi wisata unggulan. Hingga saat ini Karawang cuma bisa jadi tempat transit sesaat,” ungkap Gabryel lagi. (tik)