KARAWANG, TAKtik – Di tengah merebaknya kembali wabah difteri di beberapa daerah di Indonesia hingga Kementerian Kesehatan menetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), ternyata untuk Karawang masih kekurangan stok anti-difteri serum (ADS).
Alhasil, ada lima pasien penderita difteri yang kini mendapat perawatan inap di RSUD setempat terpaksa belum diberikan ADS. Pihak RSUD sendiri mengaku telah mengajukan permohonan ADS ke Pemprov Jabar, namun belum juga diberikan. Akibatnya, pasien difteri yang mengancam jiwanya hanya ditangani dengan obat seadanya.
“Seharusnya pasien difteri itu diberikan 20
ampul ADS. Karena belum tersedia, ya terpaksa kita tangani dengan obat seadanya. ADS ini harganya cukup mahal antara Rp 30 sampai Rp 40 juta. Sedangkan di Karawang sendiri selama tiga bulan terakhir telah ada 14 orang pasien penderita difteri yang kita tangani di RSUD. Trend penyebarannya lumayan tinggi. Dari 14 pasien, sembilan orang sudah diperbolehkan pulang. Tinggal lima pasien masih dirawat,” ujar Direktur Utama RSUD Karawang, dr. Asep Hidayat Lukman, Senin (11/12/2017).
Dikemukakannya pula, rumah sakitnya masih kekurangan ruang isolasi untuk menangani pasien difteri. Sebab, penanganan penyakit itu harus memenuhi standar operasional pencegahan infeksi. “Kami terpaksa mengubah satu ruangan yang ada menjadi ruang isolasi.
Hal itu dilakukan agar satu pasien difteri tidak dicampur dengan pasien lainnya. Meski menghadapi sejumlah kendala, kami di RSUD tetap memaksimalkan penanganan terhadap pasien, termasuk difteri dengan berupaya keras menyelamatkan mereka,” ungkapnya. (tim/tik)