KARAWANG, TAKtik – Kendati tinggal di daerah pegunungan, ternyata bukan berarti alamnya tetap menjamin ketersediaan air bersih di musim kemarau. Justru sebaliknya, air itu kini menjadi barang langka dan berharga.
Hasil penelusuran tim TAKtik di wilayah Desa Kutalanggeng, Kecamatan Tegalwaru, Karawang, Rabu (29/8/2018), terlihat potret ironis dari kehidupan di alam pegunungan itu. Ratusan jerigen maupun bak plastik berjejer rapi di tepi jalan desa mereka yang sedang ditunggui puluhan ibu-ibu beserta kaum lelaki yang bertelanjang dada.
Mereka sedang menunggu antrian untuk mendapatkan air bersih bantuan Pemkab Karawang melalui BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) yang dikirim oleh mobil tangki PDAM Tirta Tarum. “Krisi air bersih ini sudah kami alami sejak dua bulan terakhir,” aku seorang warga setempat, Wardi.
Dikemukakannya pula, saat musim kemarau panjang seperti sekarang hanya ada satu sumber air yang masih tersisa. Itupun airnya terus berkurang serta tidak jernih lagi. Yakni, Sungai Cicaban yang berjarak sekitar dua kilometer dari desanya. “Makanya, untuk memenuhi kebutuhan air bersih kami hanya bisa menunggu kiriman bantuan dari pemkab atau pihak-pihak lain yang peduli,” lirihnya.
Kabar yang diperoleh, memasuki musim kemarau ini berdampak kepada ribuan warga di sembilan desa, baik di wilayah Kecamatan Tegalwaru maupun Pangkalan yang sedang mengalami krisis air, terutama air bersih. Kondisi ini dibenarkan oleh Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Karawang, Muhammad Jaenudin. Menurutnya, ada empat desa yang tergolong cukup parah kesulitan air bersih.
Yaitu, Desa Cintawargi, Kutalanggeng, Cintalaksana, dan Cintalanggeng di Kecamatan Tegalwaru. Sedangkan di Kecamatan Pangkalan terdapat di Desa Mulangsari, Cintasih, Tamansari, Tamanmekar,serta Jatilaksana. “Tidak semua dusun di desa-desa itu yang mengalami krisis air bersih. Sebab, ada beberapa dusun lagi yang sumber airnya masih bisa digunakan untuk minum dan memasak,” kata Jaenudin. (tim/tik)