KARAWANG, TAKtik – Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Subang diingatkan oleh sejumlah aktivis di Karawang agar tidak lagi saling lempar tanggungjawab. Ini terkait tercemarnya Sungai Cilamaya maupun Bendungan Barugbug yang telah terjadi sejak puluhan tahun.
Untuk membuktikan keseriusan terhadap komitmen OPD (Organisasi Perangkat Daerah) itu dalam menjaga lingkungan, kalangan aktivis dari LPBI NU (Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama) mencoba melaporkan pencemaran tersebut ke DLH Jawa Barat. “Kami ingin tahu bagaimana respon mereka,” kata juru bicara LPBI NU Karawang, Dian Nugraha, Rabu (24/10/2018).
Dikemukakannya, pencemaran air Sungai Cilamaya dan Bendungan Barugbug oleh limbah cair pabrik di hulu sungai ini sudah tidak bisa ditolerir lagi. Terutama di saat hujan seperti terjadi pada Selasa malam (23/10/2018), Dian menyaksikan sendiri bagaimana kondisi airnya yang menghitam, menyebar bau busuk, dan berbuih.
“Bahkan hingga Rabu siang (24/10/2018) masih seperti itu. Kami harap DLH Jabar berani menindak para pelaku pembuang limbah. Mestinya, tindakan ini dari dulu dilakukan DLHK Subang dan Purwakarta. Lokasi pabrik yang kita duga pelaku, ada di wilayah mereka,” ungkap Dian kepada awak media usai turun monitoring Sungai Cilamaya dan Bendungan Barugbug.
.”Masyarakat Karawang hanya kebagian sialnya. Pabrik pembuang limbah ada di Subang dan Purwakarta, tapi yang merasakan dampak buruknya kami di sini. Kami juga berharap, DLHK Karawang ikut bergerak menuntaskan masalah klasik ini,” ujar Dian mengingatkan. (tim/tik)