KARAWANG, TAKtik – Praktisi hukum sekaligus pengamat sosial politik, Asep Agustian, berharap ada audit pengelolaan keuangan pelaksanaan wisuda mahasiswa Unsika (Universitas Singaperbangsa Karawang) di Resinda Hotel. Hasilnya, dibuka secara transparan.
Selain itu, Asep atau yang biasa akrab dengan nama panggilannya Askun juga mengingatkan pihak Unsika agar meminta maaf secara terbuka kepada para orang tua wisudawan/wisudawati yang pada pelaksanaan wisuda, Selasa (20/12/2022), dikecewakan karena dilarang masuk area Resinda Hotel, dimana pelaksanaan wisuda dilangsungkan.
“Alasan larangan orang tua mahasiswa Unsika yang diwisuda untuk menyaksikan penyematan anaknya itu di Resinda Hotel tidak jelas. Kalau pertimbangan Covid-19, adakah penyelenggaraan wisuda tersebut atas ijin Tim Satgas Covid-19? Pihak Unsika mestinya paham bagaimana pelaksanaan wisuda. Kenapa berani melukai perasaan orang tua mahasiswanya yang sudah mempersiapkan diri ingin melihat anak-anaknya diwisuda?” sesal Askun.
Diakuinya, ia merasakan betul kekecewaan orang tua karena dirinya termasuk yang anaknya hari itu turut diwisuda. Dan dia tahu betul bagaimana perasaan kecewa di kalangan para orang tua yang sudah datang ke lokasi wisuda anaknya dengan berpakaian batik seragam masing-masing. Begitu sampai di lokasi wisuda malah dilarang masuk area Resinda Hotel.
“Coba kalau mereka (panitia penyelenggara wisuda Unsika) ada anaknya yang diwisuda, lalu diperlakukan seperti itu? Untungnya datang polisi ke lokasi dan meminta para orang tua diperkenankan masuk ke area hotel. Kalau enggak, dah kebayang situasi di luar, bahkan di jalan, menumpuknya kumpulan massa yang hanya ingin menyaksikan anaknya diwisuda. Ini pun patut kita pertanyakan pemberitahuan kegiatannya ke pihak kepolisian,” tanya Askun.
Askun pun mempertanyakan, kenapa pihak Unsika lebih menyukai memilih tempat wisuda mahasiswanya di hotel berbintang? Setahu dia, Unsika punya aula sendiri. “Apakah yang dicari sekadar mengejar gengsi? Atau alasan apa? Ini seharusnya dijelaskan secara terbuka ke publik, terutama para orang tua mahasiswanya. Cobalah buktikan profesionalisme dan proporsionalisme dalam melaksanakan wisuda. Nyatanya, di hotel itu kan tidak mampu menampung semua yang harusnya bisa hadir?” heran Askun.
Yang ia pertanyakan lagi, di tengah larangan orang tua menyaksikan langsung prosesi wisuda anak-anaknya, ia ada yang memberitahu bila terdapat salah seorang “orang penting” yang diperkenankan masuk ballroom Resinda Hotel karena anaknya ikut diwisuda. “Kalau benar begitu, kenapa mesti ada pengecualian? Ini malah tambah menyakitkan bagi kami loh sebagai orang tua yang dilarang masuk area hotel,” tandasnya. (tik)