KARAWANG, TAKtik – Lagi, Sekda Teddy Rusfendi Sutisna lebih menyarankan warga langganan banjir di wilayah Desa Karangligar Kecamatan Telukjambe Barat direlokasi dibanding tetap bertahan untuk hidup lebih aman dan nyaman dari terjangan rutin bencana.
“Struktur lahan di sana (Karangligar) sudah berubah. Pertama, karena kondisi alam yang bisa jadi akibat eksploitasi gas alam di sekitarnya. Sehingga lapisan lumpurnya sudah mengering hingga permukaan tanah makin turun. Kedua, rembesan-rembesan air yang tidak terasa dari Cibeet buangan. Dan ketiga, air laut rembesannya sudah nyampe ke wilayah itu,” sebut sekda.
Dari alasan tersebut, sekda menyarankan, langkah pahitnya warga Karangligar yang pemukimannya kerap terkena banjir adalah dengan relokasi. Menurutnya pula, daerah itu diblok khusus menjadi area pertambangan migas. Menanggapi keinginan warga setempat agar dibuatkan pintu air di bibir Cibeet guna mengurangi dampak banjir, sekda beralasan, kewenangannya ada di BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) dan PJT (Perum Jasa Tirta) II.
“Mereka (BBWS dan PJT II) punya kajian-kajian arus air maupun deras air yang diperhitungkan. Ya kita pun sedang terus mencoba membuat langkah-langkah. Di antaranya, Tim ITB (Institut Teknologi Bandung) kita turunkan lagi untuk melakukan penelitian di bawah tanah. Kalau tim yang kemarin baru meneliti lapisan atasnya,” ujar sekda lagi yang diakuinya pula bahwa jikapun ada wacana tanggul Cibeet dibuatkan benteng, kemungkinannya oleh pihak swasta yang berkeinginan menanamkan investasi di wilayah Kecamatan Telukjambe Barat.
Pernyataan sekda ini ditanggapi dingin oleh warga korban langganan banjir Karangligar sendiri. Usai pertemuan mereka di lingkungan RT 02 Dusun Pangasinan, Minggu malam (26/11/2017), warga merasa saran dari pejabat Pemkab Karawang tersebut sudah bisa terbaca arahnya. Apalagi tatkala di wilayah desanya bersama desa-desa lain di sekitarnya sedang dibidik oleh kalangan calon investor besar yang sudah mulai turun melakukan pembelian tanah sawah dengan target ribuan hektar.
“Di saat Pemkab Karawang belum mampu berbuat nyata untuk mengatasi atau meminimalisir banjir rutin tahunan di kampung kami, saran yang selalu digulirkan hanya relokasi, relokasi, dan relokasi. Kami sekarang makin paham arahnya kemana. Coba saja kita sama-sama perhatikan, mau dibawa kearah mana daerah kami. Boleh jadi merubah fungsi lahan pertanian teknis menjadi area bisnis, jasa, perumahan, dan lain-lain punya alasan rasional tatkala lahan pertaniannya sudah tidak produktif lagi akibat sering terendam banjir di musim hujan, dan kekeringan di musim kemarau,” ketus Salim dan Agus, warga setempat. (tik)